Rabu, 06 Agustus 2014

Menikah vs Pacaran

Kemarin ada seorang teman yang mau menikah bertanya "enakkan waktu masih pacaran apa nikah sih?". Pertanyaan simple yang selalu mampir di benak masing-masing orang ketika memutuskan untuk menikah. Sebagai seorang yang sudah menikah hampir 4 tahun, saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang saya jawab berdasarakan pengalaman saya selama pacaran dan akhirnya memutuskan menikah dengan sang lelaki. Pertanyaan yang saya jawab dengan mencoba memberikan analogi. Pacaran dan menikah itu seperti kehidupan masa anak-anak dan kehidupan masa dewasa. Ketika kita masih kecil, kita selalu ingin cepat-cepat tumbuh menjadi orang dewasa dengan berbagai macam alasan. Orang dewasa gak perlu belajar setiap semester untuk menghadapi ulangan-ulangan, gak pernah dibatasi pulang larut malam, bebas melakukan segala hal yang terlihat menyenangkan. Begitu kita beranjak dewasa, berapa banyak dari kita yang berandai-andai menjadi anak kecil kembali? anak kecil yang hanya mengenal kata bermain, anak kecil yang tidak pernah pusing kalau cari duit itu susahnya lebih susah ketimbang cari jodoh, anak kecil yang tiap malam tidur pulas karena ga pernah mikirin klien 'ndableg' yang selalu menunda invoice cair. Hal itu juga yang kurang lebih terjadi saat fase pacaran dan menikah. Waktu pacaran, pengen cepet-cepet menikah,karena kliatan nya enak bisa bersama tiap hari 24 jam non stop, bisa merasakan dua tubuh menyatu menjadi satu tanpa dikejar dosa haha, dan lain-lain nya. Namun yang kerap kali terjadi, setelah menikah muncul keinginan untuk memiliki hubungan seperti waktu masih pacaran. Waktu pacaran dia masih suka memberikan kejutan ulang tahun, sekarang inget tanggal nya aja udah syukur alhamdulilah. Waktu pacaran dia masih sabar dan terlihat ikut menikmati ketika kita melakukan hobi/aktivitas kesukaan kita, sekarang bawaan nya manyun mulu kalau disuruh menemani kita. Sama seperti tumbuh kembang anak, setelah bertumbuh jadi dewasa tidak mungkin lagi kembali menjadi anak kecil kan? Nah kalau sudah menikah, juga tidak mungkin lagi situasi dan kondisinya bisa sama persis seperti waktu masih pacaran. Jadi apapun yang terjadi dalam pernikahan kita, dinikmati saja. Pernikahan itu membutuhkan cinta dan komitmen yang tidak bisa dipisahkan layaknya dua sisi koin. Tanpa salah satunya, pernikahan tidak akan berjalan dengan baik. Menikah dengan orang yang kita cintai sanggup membuat hati kita bahagia, tapi ketika ada permasalahan yang sepertinya merenggut kebahagiaan maka kita punya komitmen untuk dapat terus bertahan. Setelah berhasil melewati permasalahan tersebut, maka akan tumbuh lagi cinta yang baru. Begitu seterusnya, muter-muter layaknya lingkaran setan yang tidak boleh putus. Sedangkan kehidupan sexual dalam pernikahan ibarat dompet yang menyimpan koin cinta dan komitmen tersebut agar tidak hilang. Saya pernah membaca timeline twitter seseorang yang menulis "Cinta (dan komitmen) tanpa Sex itu ANCUR, sedangkan Sex tanpa Cinta (dan komitmen) itu namanya PELACUR"

Tidak ada komentar: