Jumat, 15 Februari 2013

Punya Anak=Penetrasi?

Sore ini ada seorang teman mengirim pesan via BBM. Bunyinya kurang lebih seperti ini "emang bener ya kalau lagi hamil rasanya menyenangkan, tapi kalau udah lahir baru berasa pusing (punya anak)?". Yang mengirim pesan tersebut adalah teman saya seorang lelaki, yang istrinya saat ini sedang hamil. Sempet terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya saya membalas pesan tersebut. Kira-kira begini isi balasan saya: "punya anak itu seperti melakukan penetrasi dengan pasangan, ada rasa sakit tapi ada rasa nikmat dan puas. Sedangkan waktu belum dikarunia anak rasanya seperti foreplay dengan pasangan, sama sekali tidak ada rasa sakit tapi greget nya kurang, ada sesuatu yang rasanya belum tercapai" Ok mungkin kalian berpikir otak saya ada di selangkangan, karena segala sesuatunya saya selalu kaitkan dengan hal-hal di sekitar selangkangan. Tapi bukankah hal-hal yang berbau selangkangan itu selalu lebih mudah diingat, ketimbang saya membalas dengan berbagai macam petuah dan kata-kata bijak? Kembali ke topik punya anak rasanya sama seperti penetrasi. Ada beberapa orang yang bercerita merasakan nyeri saat berhubungan intim, sehingga ia trauma untuk melakukan nya lagi. Selalu menghindar ketika pasangan mengajak berhubungan. Ada juga yang merasakan nyeri, namun ia terpaksa melakukan hubungan intim sehingga sebenarnya ia tidak bisa menikmatinya. Hal itu ia lakukan semata-mata hanya untuk menjalankan kewajiban sebagai pasutri. Namun ada juga yg awalnya merasakan nyeri, tapi lewat komunikasi yang baik dengan pasangan (berganti posisi, atau memperpanjang durasi foreplay) akhirnya bisa merasakan kenikmatan. Punya anak juga begitu, kalau kita hanya fokus dengan rasa "sakit" misalnya merasa waktu untuk diri sendiri berkurang,kebebasan menjadi terbatas, belum lagi merasa lelah secara fisik maupun mental karena anak susah diatur maka kita tentu saja tidak akan bisa menikmati proses membesarkan anak. Alhasil setiap hari isinya hanya keluhan "duh anak gue nangis mulu", "ya ampun anak gue susah banget diatur", "halaaaah disuruh makan aja susah minta ampun, dimuntahin melulu". Namun ketika kita bisa menyiasati "rasa sakit" tersebut dengan baik, maka akan ada kepuasan tersendiri dalam membesarkan anak. Ada kenikmatan luar biasa melihat pertumbuhan dan perkembangan anak dari waktu ke waktu. Ada senyum ketika melihat baju anak kotor terkena noda makanan ketika dia belajar makan sendiri (ya noda tersebut menjengkelkan, tapi anak kita akhirnya bisa menyuap makanan sendiri ke dalam mulut mungilnya kan?). Tentu saja rasa lelah selama mengurus dan membesarkan anak juga tidak akan menjadi beban. (Hayooo siapa disini yang sudah pernah melakukan hubungan intim?? Pasti berkeringat, ngos2an, tapi tersenyum puas kan? bahkan nagih deh haha)

Selasa, 22 Januari 2013

be ready!

Setelah blog ini mati suri hampir 1.5th lamanya, hari ini di sela2 kesibukan bekerja di kantor saya mencoba untuk kembali mengisi blog baca tulis ini dengan susunan-susunan huruf yang menjadi rangkaian kata,membentuk kalimat-kalimat dan bermutasi menjadi suatu cerita. Ya syukur-syukur kalau cerita yang ditulis bisa jadi berkat untuk orang yang membacanya. Awal mulanya saya berniat menghidupakan kembali blog ini adalah perjumpaan (hmm gak tatap muka sih sebenernya) saya dengan seorang mas2 yang namanya mas Bayu. Siapakah sosok mas Bayu itu? ternyata beliau adalah pengidap SN alias Sindrom Nefrotik sama seperti saya. Tanggal 18 Januari 2013 ketika saya iseng mengaktifkan akun YM saya, ada sebuah pesan masuk dari Mas Bayu yang memperkenalkan dirinya sebagai pengidap SN dan mengenal saya dari blog yang cukup banyak membahas tentang pengalaman saya sebagai pengidap SN juga. Sayangnya ketika saya membalas pesan nya via YM,dirinya sedang tidak ol dan rupanya dia sudah menghubungi saya sejak tanggal 8/10 Januari 2013 namun karena saya sudah sangat jarang mengaktifkan akun YM, maka pesan2 nya beliau tidak pernah saya ketahui. Akhirnya baru pada hari ini, 22 Januari 2013 saya dan mas Bayu itu bisa saling ngobrol via YM. Ternyata cerita-cerita saya di blog bisa memberikan suppport terhadap mas Bayu sehingga sebagai penderita SN dia tidak merasa sendirian. Mendengar hal itu, saya agak terkejut juga karena dari iseng-iseng menulis di blog dan membagi pengalaman saya selama terkena SN ternyata bisa berarti bagi orang lain. Sebelumnya salah satu teman kuliah saya yang hendak melakukan biopsi ginjal dan "googling" tentang hal tersebut juga menemukan blog saya yang menceritakan pengalaman saya yang sempat di-biopsi ginjal nya sewaktu mengidap SN. Rasanya cukup senang juga karena apa yang saya tulis ternyata bisa berarti dan membantu orang lain. Padahal niat awal saya menciptakan blog ini hanya iseng-iseng saja, sekedar melampiaskan hobi menulis saya. Kembali lagi ke obrolan saya dengan Mas Bayu, dia bercerita bahwa dia mengidap SN sejak tahun 2005 dan dihitung2 sampe hari ini dia sudah mengalami kambuh sebanyak 5x. Dia juga menceritakan bahwa jarak kambuhnya ada yang 1th dan 1.5th. Mengetahui hal itu saya seperti ditarik kembali ke realita bahwa kapan saja penyakit SN saya bisa kambuh lagi, dan saya harus siap dengan itu. Saat ini hitungan saya menunjukkan sudah kurang lebih 1th 3bulan saya lepas dari obat methyl prednisolon dan belum kambuh lagi. Sebelum mendengar kisah Mas Bayu saya sudah tau bahwa SN dalam tubuh saya bisa muncul kapan saja, tapi rupanya waktu 1th cukup membuat saya terlena dan "lupa" akan hal tersebut. Tapi berkat kisah yang dibagikan oleh mas Bayu, saya seperti diingatkan agar bersiap-siap jika suatu saat kambuh kembali. Di akhir perbincangan saya dan mas Bayu, dia minta saya untuk mendoakan nya agar sembuh tota dan tidak kambuh lagi. Tapi saya jawab "Sekarang saya sudah merubah doa saya, saya tidak pernah minta kesembuhan total/tidak kambuh lagi. Saya hanya minta agar Tuhan menguatkan saya apapun yang terjadi nanti. Karena saya gak mau merasa kecewa sama Tuhan, kalau saya berdoa minta kesembuhan total dan saya diijinkan harus melewati fase kambuh lagi, tapi jika saya berdoa minta kekuatan saya yakin dan percaya bahkan jikalau saya harus mengalami kambuh sampai berkali-kali saya pasti bisa melewatinya dengan baik"

Jumat, 04 November 2011

Butuh kesabaran agar bisa sabar

Hari Rabu, 26 Oktober 2011 adalah hari dimana gue akhirnya bisa lepas dari obat methyl prednisolon. Kalau dihitung-hitung, tepat 4 bulan gue sudah mengkonsumsi nya sejak 24 Juni 2011. Duh rasanya gue seneng banget bisa brenti minum obat, dan sudah terbayang dengan jelas di benak gue efek samping obat yang semakin lama akan semakin hilang. Gue udah nglamun berat badan gue bakalan turun lagi, rambut gue gak rontok lagi, kulit gue gak kering lagi, moon face gue bakal ilang dan semuanya itu indah di benak gue.

Tapi ternyata meskipun gue gak cinta sama methyl prednisolone, memutuskan hubungan dengan nya juga bikin gue deg2an. Hampir setiap hari gue liatin kaki gue, dan berpikir "duh bengkak gak ya?", trus setiap kali gue buang air kecil, gue itung-itung "banyak gak ya kencing nya?" dan gue liatin "berbusa gak ya?" hahaha ribet bener yaaaa cyiiiin. Tapi jujur gue akuin, ada rasa takut dan cemas kalau itu penyakit balik lagi. Meskipun orang2 bilang gue harus yakin, harus optimis, dan harus percaya kalau Tuhan Yesus pasti menyembuhkan. Duuuh gue bukan nya gak percaya sama kuasa Tuhan yang menyembuhkan, kalau Dia mau gue pasti bisa sembuh total, tapi bukan kah Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik? Siapa tau Tuhan membiarkan sakit ini kambuh lagi, bukan karena Dia gak sayang sama gue tapi karena rancangan Nya yang indah itu nyata di dalam hidup gue menurut waktu Nya.

Setelah hampir dua minggu gue melepas obat, puji Tuhan sepertinya symptom penyakitnya gak (belum) muncul lagi. Kaki yang setiap hari gue liatin gak bengkak, volume air kencing nya cukup banyak dan gak berbusa. Meskipun efek samping nya belum 100% ilang, tapi sudah ada perbaikan. Kulit kaki gue yang tadinya kering dan timbul sisik-sisik sekarang sudah mulus lagi, kulit perut yang tadinya muncul strie (bercak2 garis kehitaman) juga sudah hilang. Sepertinya gue harus bersabar untuk bisa kembali ke kondisi fisik sebelum gue sakit, dan untuk bisa sabar juga ternyata diperlukan kesabaran hehehe.

Selasa, 11 Oktober 2011

Lesson from my lil angel

Hari ini, 11 Oktober 2011 tepat 9 bulan my lil angel Kanaya Arsanti Loeksono menikmati dunia. Rasanya baru kemarin gue deg2an di kamar oprasi nunggu si mungil ini diangkat dari rahim gue, eeh sekarang gigi nya udah nongol 2 biji. Buat gue, Kanaya itu segalanya dan orang2 yang kenal gue dari jaman kuda pasti kaget kalau baca statement gue itu. Soalnya gue itu paling anti sama anak kecil, buat gue mereka itu gak ada lucu2nya, ga ada menarik2nya. Tapi itu dulu sebelum gue punya Kanaya, kalau sekarang udah bisa dipastikan bahwa Kanaya adalah segalanya buat gue.

Mengikuti perkembangan dan pertumbuhan nya dari bulan ke bulan ibarat lagi baca novel nya Alberthiene Endah, selalu menarik untuk diikuti dan tidak sabar menunggu kelanjutan nya. Dari Kanaya gue belajar satu hal yaitu pantang menyerah. Gue inget banget waktu dia belajar tengkurep sendiri, berkali-kali dia coba, berkali-kali juga dia gagal tapi dia gak menyerah dan putus asa, terus2an dicobanya sampe akhirnya bisa. Setelah bisa tengkurep sendiri, dia belajar untuk telentang sendiri dan gagal berkali-kali tapi dia ga brenti, terus2an diulang pagi siang sore malem sampe akhirnya bisa. Hal itu juga berlaku ketika dia belajar merangkak, duduk, dan sekarang dia sedang berusaha untuk berdiri sendiri. Gak pernah putus asa, meski jatuh berkali2, ga pernah nyerah meski mami, papi, oma, opa dan suster nya panik sambil triak2 kalau liat dia mau jatuh.

Ngliat dia yang gak pernah putus asa berhasil menyemangati gue ketika menemukan masalah dalam hidup. Kalau Kanaya aja bisa, masa gue sebagai emak nya gak bisa. Kalau setelah jatuh Kanaya masih ketawa2 dan berusah berdiri lagi, masa gue nangis terus2an dan gak mau berjuang lagi?

Terimakasih Kanaya, kamu bikin mami belajar untuk terus berjuang dan tidak cepat menyerah.

Sabtu, 08 Oktober 2011

The Prayer

Tanggal 05-07 Oktober 2011 kemarin gue kembali ke Singapore untuk melakukan pemeriksaan rutin. Bolak balik ke SG, gue baru tentang gereja Katolik Novena yang terkenal dikarenakan banyak orang-orang sakit berdoa disana memohon kesembuhan dan doa nya dikabulkan. Sampai di gereja tersebut nyokap meminta gue untuk berdoa memohon kesembuhan, dan sebenarnya hal ini membuat gue jadi berpikir. Pada dasarnya gue pribadi yakin dan percaya bahwa kuasa-Nya akan bekerja dimanapun dan kapanpun, dan kuasa-Nya tidak melulu harus tentang kesembuhan (jika konteks yg didoakan adalah penyakit). Gue bukan nya tidak percaya bahwa Dia sanggup menyembuhkan, atau tidak percaya adanya mujizat, atau bahkan meragukan kekuasaan-Nya. Tapi gue pribadi meyakini bahwa mujizat, kuasa, dan kebesaran-Nya tidak selalu harus sejalan dengan keinginan manusia. Terkadang kita terjebak dalam konsep pemikiran yang menurut gue sempit, contoh nya manusia sakit pasti ingin sembuh, kemudian manusia berdoa memohon kesembuhan, lalu akhirnya dia sembuh,maka kalimat "mujizat itu nyata", " sungguh besar kuasa Tuhan". "Dia begitu sayang terhadap umat-Nya" akan terlontar dari mulut kita. Sedangkan menurut gue, terkadang Tuhan mengijinkan kita untuk melewati hal-hal buruk seperti misalnya sakit dan tak kunjung sembuh sampai ajal menjemput, atau usaha bangkrut dan tidak bisa bangkit lagi sehingga harus hidup dalam keterbatasan, dan itu semua bukan berarti kuasa-Nya tidak bekerja, Dia tidak sayang sama umat-Nya, atau bahkan Mujizat nya tidak nyata karena kita kurang percaya dan mengimani.

Mengingat sakit gue yang sifatnya kambuhan (bisa kambuh atau tidak kambuh), gue selalu mengingatkan diri sendiri untuk yakin dan percaya kalau suatu saat nanti sakitnya kambuh ini bukan karena Tuhan Yesus tidak sayang gue, atau kuasa-Nya tidak bekerja di dalam diri gue. Buat gue Tuhan Yesus sudah teramat sayang sama gue terlepas dari apapun yang akan terjadi. Berdasarkan pemikiran ini maka di gereja itu gue berdoa bukan untuk memohon kesembuhan, gue berdoa untuk diberi kekuatan agar bisa menjalani ini semua dengan baik dan tetap bisa mensyukuri apapun yang terjadi. Karena gue yakin dan percaya Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan gue, dan selama Dia bersama gue maka gue pasti bisa tersenyum meski harus mengarungi badai.

Senin, 03 Oktober 2011

Hallo October

Bulan Oktober selalu punya makna tersendiri buat gue. Bulan ini bukan bulan ulang tahun gue, suami, anak,ataupun bonyok gue. Bulan ini juga bukan bulan pernikahan gue dan suami, bukan juga bulan dimana gue pernah menang lotre. Bulan ini bermakna karena di bulan ini, untuk pertama kalinya gue bertemu seorang lelaki yang akhirnya menjadi suami gue, dan jadi bapak dari anak gue.

Gue ketemu sama dia itu tanggal 23 Oktober 2007. Gue inget saat itu gue dijemput dia sekitar jam 7an malem, waktu itu dia kerja di daerah Kuningan dan jarak dari kantornya ke apartement gue yang letaknya di Sudirman itu emang gak terlalu jauh, tapi macet nya jangan ditanya dong secara jam-jam segitu kan jam nya orang2 pulang kantor. Tapi itu lah yang namanya orang dimabuk asmara, meskipun kaki kiri pegel nginjek kopling dan kaki kanan udh kram nginjem gas dan rem, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menjemput gue loh. Bahkan sampe di apartemen gue, dia masih bisa tersenyum dengan manisnya. Hal itu tentu akan berbeda jika terjadi sekarang, pilihan yang paling sopan adalah merubah jadwal ketemuan di hari libur sehingga ga akan terjebak macet, atau yang paling ga sopan adalah gak pergi sekalian hehe.

Saat itu kita berdua bahkan gak punya tujuan mau pergi kemana, bayangkan muter2 gak jelas di tengah macetnya ibu kota?? cuma orang yang lagi kasmaran yang bisa melakukan hal ini dengan tulus. Akhirnya setelah beberapa saat muter2 gak jelas, sambil ngobrol ngalor ngidul di dalem mobil, kita memutuskan untuk berhenti di sebuah kedai kopi "Bengawan Solo" di daerah Cikini. Pesanan nya saat itu adalah black coffee (kalau ini bisa dipastikan sampai kapan pun tidak akan berubah), dan gue adalah hot chocolate. Saat itu gue inget banget nanyain dia mau pake brp sachet gula, trus gue sobek sachet gula nya, gue tuang ke cangkir kopi nya dan gue adukin (setelah 4 thn bersama, dia slalu nyidir gue "dulu aja gula nya disobekin, diadukin". Hey, everybody's changing kan? haha) Trus dengan kepulan asap rokok nya, gue menyimak ceritanya dengan seksama. Kalau skrg gue pake akting batuk2 begitu dia mengepulkan asap rokok nya hihi. Berjam-jam kita ngobrol di kedai kopi tersebut, sampe akhirnya kita memutuskan pulang sekitar jam 10an malem.

Sebelum turun di lobby apartemen gue, dengan yakin nya gue bilang ke dia "elu pasti bakalan jatuh (cinta) sama gue" karena sebelum2nya dia selalu bilang kalau dia gak mau "jatuh" sama gue. Dan akhirnya malem itu dia jawab "mungkin iya, gue jatuh sama elu".

Kamis, 29 September 2011

Menghitung berkat

Sejak divonis sakit NS, gue seringkali melakukan obrolan dengan diri sendiri. Nah gue kena sakit NS atau gila nih jangan2? hehe maksudnya sejak sakit, gue jadi sering berefleksi (bener gak sih pemilihan kosakata nya?). Gue meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan cobaan dari Tuhan, gue menganggap ini semua hanya bagian dari hidup yang harus gue jalani. Gue sangat menghindari pemikiran bahwa Tuhan sedang mencobai gue, atau bahkan berpikir dosa apa gue sampe gue harus dikasih sakit begini. Ini sakit penyakit kok, bukan kutukan ga ada kaitan nya sama dosa2. Gue pernah sih berpikir kenapa gak Nazarudin atau Gayus Tambunan aja yang dikasih sakit NS? Tapi kemudian gue tersadar, kenapa gue harus mempertanyakan hal itu sih? sedangkan ketika gue lulus SMU dengan predikat 3 terbaik, gue ga nanya kenapa sih gak Melvina, Soang, atau Pepel (nama sahabat SMA gue) aja yang juara?

Terkadang kita sebagai manusia, dan tentunya termasuk gue (karena gue juga termasuk manusia) terlalu fokus dan sibuk menghitung dan bahkan mengingat hal-hal yang gak enak. Dan setelah gue pikir-pikir hal itu masuk akal sih, soalnya dibanding berkat yang kita telah terima, hal yang ga enak itu jumlah nya jauh lebih sedikit maka dari itu otak kita yang terbatas hanya mampu mengingat yang ga enak, karena memori otak nya gak cukup untuk mengingat berkat yang jumlah nya luar biasa banyak nya. Coba bayangkan, dalam satu hari ketika kita bisa bangun pagi hal itu sudah termasuk berkat, terus sampai kantor dengan selamat juga berkat, bisa makan siang juga berkat, bahkan bisa menggerakkan jari-jari tangan di atas keyboard komputer juga sebuah berkat, pulang ke rumah dg selamat berkat, pasangan, anak, dan orang tua sehat juga berkat. Tapi seringkali kita mengeluh terjebak macet,kerjaan numpuk gak kelar2,dan duit gajian abis. Gue inget satu buah lagu "Bila topan kras melanda hidupmu bila putus asa dan letih lesu berkat Tuhan satu satu hitunglah kau niscaya kagum oleh kasihNya"

25 tahun dalam hidup gue, rasanya gue selalu hidup penuh kebahagiaan. Lahir di tengah keluarga harmonis, dengan papi dan mami yang luar biasa cinta kasih nya, bisa menikmati pendidikan dari sekolah yang terbaik dan selalu memperoleh nilai akademis yang baik, lulus kuliah bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, menikah dengan orang yang dicintai, punya anak yang sangat cantik, dikelilingi sahabat dan orang2 yang baik, dan sebagai nya. Jadi kalau saat ini akhirnya gue diijinkan Tuhan untuk mengalami sakit rasanya bukan kiamat untuk hidup gue. Bayangkan 25 tahun lamanya gue selalu menikmati berkat, masa iya gara2 sakit yang baru sekali ini akhirnya gue mau marah2 sama Tuhan dan menganggap Dia ga sayang sama gue serta melupakan semua berkat yang sudah pernah gue trima?

Namun gue memang hanya manusia biasa, gue gak munafik kok kalau memang disaat gue sakit ini ada fase dimana gue merasa down, gue merasa lelah, cape menjalani ini semua, gue frustrasi, depresi dan akhirnya jadi sensi. Tapi seperti petuah suami gue, perasaan itu jangan terus2an diikuti karena bikin keadaan gue makin terpuruk. Terkadang manusia memang "menikmati" perasaan sakit, tapi percaya deh menikmati rasa sakit itu gak akan membantu, yang ada justru bikin kita makin down.