Rabu, 28 September 2011

my Dad is my Hero

Meski hasil biopsi ginjal gue baik dengan NS tipe kelainan minimal, rupanya hal tersebut tidak serta merta membuat kedua orang tua gue tenang, apalagi kaki gue masih bengkak meskipun sudah mengkonsumsi obat. Akhirnya gue nyerah juga untuk berangkat berobat ke Singapore pada tanggal 1 Juli 2011.

Gue berangkat ke Singapore berdua bareng bokap gue, suami dan nyokap gue gak ikut. Pesawat dijadwalkan berangkat sekitar pukul 5 sore. Sampai di bandara, bokap langsung menuju counter maskapai penerbangan yang akan kami naikki untuk meminjam kursi roda. Kaki gue yang masih bengkak menyulitkan gue untuk berjalan, dan apabila gue berdiri terlalu lama maka bengkak nya akan makin parah. Saat itu bandara Soekarno Hatta penuh sesak, karena musim liburan anak sekolah. Sambil nunggu bokap gue nyari pinjeman kursi roda, gue berusaha untuk mencari tempat duduk namun sayang semuanya penuh. Akhirnya gue duduk di lantai, gak peduli sama orang-orang yang penting kaki gue jangan makin bengkak karena rasanya makin berat untuk jalan.

Sepanjang perjalanan dari JKT-SG, kaki gue dipangku di atas paha bokap. Sebisa mungkin kaki gue tidak ada di posisi bawah terlalu lama untuk menghindari bengkak yang makin parah. Sampai di Sing, kita berdua nginep di apartemen yang dipinjami oleh temen bokap, kebetulan apartemen tersebut letaknya ada di seberang Mount Elizabeth Hospital. Malamnya sebelum tidur, bokap ngajak gue untuk berdoa bareng. Yang gue inget saat itu, tangan gue digenggam sama bokap kemudian dia berdoa (yang kira2 gue inget begini isi doanya) "Tuhan, terimakasih untuk penyertaan Mu selama perjalanan dari Jkt menuju Sing sehingga kami sampai dengan selamat. Tuhan, kiranya Engkau yang menyertai kami selama di Sing dalam menjalani pengobatan untuk Lina, kiranya Engkau yang memberikan hikmat sehingga kami bisa mendapatkan dokter yang tepat dan mendapatkan pengobatan yang baik. Amin"

Besok pagi nya, gue sama bokap jalan kaki ke Mount Elizabeth dan menuju ke tempat praktik Dr. x (gue lupa namanya). Jadi gue dapet referensi mengenai Dr x ini dari Prof Wiguno, sampai disana kata susternya dr x lagi cuti dan baru praktek minggu depan. Waduuuh matilah gue, gimana ini??? Tapi kemudian si suster melanjutkan, "kalau untuk sindrom nefrotik lebih baik ke Dr. Hoo Chee Kun". Akhirnya gue menuju tempat praktek Dr. Hoo, dan disana gue ketemu sama beberapa pasien dari Indonesia yang mengatakan bahwa Dr. Hoo adalah dokter yang baik, dan bagus. Setelah bertemu dengan beliau, ternyata pengobatan yang gue dapet juga sama dengan Prof Wiguno. Dan menurutnya, bengkak2 di kaki gue baru akan hilang setelah 2 minggu gue mengkonsumsi methyl prednisolon (saat di Singapore, baru hari ke 7 gue minum obat). Puji Tuhan banget ternyata diagnosa dan pengobatan yang selama ini udah gue jalani ga sia2.

Namanya ke Singapore, ga afdol kalau gak belanja. Dengan kaki yang masih bengkak dan jalan yang masih susah gue sama bokap tetep jalan2 di Orchard Rd. Mampir ke Ion, masuk ke Paragon, dan ga lupa bolak balik makan es potong. Jalan-jalan bentar lalu duduk dan angkat kaki supaya ga bengkak hehe. Setelah 3 hari di Singapore, skrg waktunya untuk pulang Indonesia. Dan untuk mendapatkan pinjaman kursi roda di Changi saat itu sulit nya bukan main, ketika akhirnya mendapatkan kursi roda pun disana gak ada staff dari maskapai penerbangan yang bakalan ngebantuin kita untuk ngedorong kursinya. Alhasil saat itu bokap gue harus ngedorong kursi roda, dan gue duduk dengan memangku 1 buah koper. Kita keliling-keliling Changi dan di tengah kondisi gue yang masih sakit, kita berdua berusaha untuk enjoy dan happy, malahan masih bisa mampir ke gerai tas dan beliin nyokap gue hand bag. Sama seperti perjalanan dari JKT ke SG, saat pulang pun kaki gue masih harus dipangku di atas paha bokap supaya gak bengkak. Papiiiiiii, trimakasih untuk semuanya yaaa...

Minimal Change Disease

Kurang lebih satu minggu, hasil biopsi nya sudah keluar. Rasanya gue tegang dan deg2an banget waktu mau ngambil hasil tersebut di RS. Gue takut kalau hasil biopsi nya jelek. Prof Wiguno sebelumnya pernah menjelaskan bahwa Sindrom Nephrotic ini biasanya di derita oleh anak-anak, dan biasanya yang diderita oleh mereka adalah NS (Nefrotik Sindrom) dengan tipe minimal change disease (MCD). Tipe kelainan minimal adalah tipe yang memberikan reaksi positif terhadap pengobatan. Sedangkan kasus NS untuk orang dewasa lebih jarang ditemukan. Tipe NS sendiri ada banyak, dari yang paling ringan yaitu MCD, dan jenis yang lebih berat seperti glomerulosklerosis focal segmental (FSGS) dan glomerulonefritis membranoproliferative (MPGN). Sepanjang perjalanan ke RS, gue terus menerus berdoa memohon supaya gue diberi kekuatan dan kesabaran untuk bisa menghadapi ini semua. Dan Puji Tuhan, hasil biopsi ginjal gue baik adanya, sehingga dapat dikatakan bahwa NS yang gue alami adalah tipe MCD.

Setelah mengetahui hasil biopsi nya, gue kembali menemui prof Wiguno dan gue diberi obat methyl prednisolone yang merupakan jenis kortikosteroid. Obat tersebut harus gue minum dalam jangka waktu yang cukup panjang yaitu kurang lebih 6 bulan, dengan dosis awal yang diberikan cukup tinggi yaitu 48 mg dalam satu hari. Gue harus mengkonsumsi nya selama kurang lebih 1.5 - 2bln, baru setelah itu dosis nya akan perlahan-lahan diturunkan sampai kemudian gue bisa stop minum obat. Dokter juga menjelaskan beberapa efek samping yang mungkin akan gue alami setelah mengkonsumsi obat tersebut, diantaranya moon face (muka menjadi bulat), jerawat, sakit pada lambung, dan sebagainya. Namun efek samping tersebut akan hilang setelah obat nya berhenti diminum.

Selama perjalanan pulang dari RS ke rumah, gue pun menangis. Moon face dan berjerawat??? ya Tuhan, wanita mana yang ingin penampilan nya menjadi buruk? Gue menyadari bahwa kesehatan dan kesembuhan gue adalah yang utama, tapi dengan efek samping seperti itu rasanya 'down' juga.

Selasa, 27 September 2011

BIOPSI GINJAL

Setelah melakukan pemeriksaan laboratorium, ternyata hasil lupus gue negatif, dan rontgen paru-paru gue baik. Hanya saja protein yang terbuang dari tubuh gue nilai nya besar yaitu 7,7 gr dari nilai normal nya dibawah 1gr. Berat badan gue juga naik drastis, 10 kg dalam waktu 3 hari hal itu dikarenakan cairan yang tidak terbuang dari tubuh gue. Balik lagi ke RS Cikini untuk berkonsultasi dengan Prof Wiguno dan akhirnya gue bilang kalau gue siap di biopsi di RS PGI Cikini.

Lusa nya gue dianter nyokap dan suami gue ke RS PGI Cikini, saat itu kaki gue masih lumayan bengkak meski sudah tidak sebengkak kemarenan karena dengan obat yang gue minum rupanya cukup membantu untuk membuang air seni. Saat itu bisa 3 menit sekali gue ke toilet untuk buar air seni. Waktu gue diopname di RS PGI Cikini, bukan hanya Prof Wiguno yang memeriksa gue namun ada tiga orang dokter lagi sebagai tim PDGH (Penyakit Dalam Ginjal Hipertensi). Puji Tuhan, Dia memang sungguh baik, menurut Dok Juniar, proses biopsi bisa dilakukan besok nya karena cairan dalam tubuh gue sudah tidak terlalu banyak, dan jikalau tidak ada pendarahan/komplikasi selama 24 jam maka gue bisa pulang satu hari setelah proses biopsi. Artinya gue bisa cepet ketemu sama my lil angel Kanaya.

Di RS gue ditemeni sama nyokap gue kalau siang, dan kalau malam suami gue yang nemenin, Mereka gantian jaga gue, dan gue sangat-sangat takjub dan terharu sama nyokap gue. Nyokap gue itu orangnya penakut, ditambah lagi dia gak apal jalan di Jakarta tapi demi gue, dia berani naik taxi sendirian dari apartemen gue ke RS. Cuma modal nekat dan cinta kasih ke gue, dia dengan pede nya bilang ke supir taxi "ke RS Cikini", dan dia jawab "terserah yang penting nyampe" ketika si supir nanya mau lewat mana? Meski bokap gue saat itu gak lagi ada di Jakarta,dia berkali-kali nelpon dan menanyakan keadaan gue, kamar gue pun rame dikunjungi sodara-sodara dan teman2 bonyok gue. Dalam keadaan sakit, gue bersyukur banget karena Tuhan Yesus ternyata nemenin gue lewat kehadiran mereka semua.

Dan hari yang dinanti pun tiba, saat itu sekitar jam 12 siang gue dibawa ke ruangan biopsi. Sepanjang perjalanan dari kamar ke ruang biopsi, gue nyanyi "Ya Tuhan tiap jam, ku memerlukan Mu. Engkaulah yang memberi sejahtera penuh. Setiap jam ya Tuhan, Dikau kuperlukan. Ku datang juruslamat, berkatilah". Sebelum masuk ruang biopsi, nyokap dan suami gue nyium gue. Duh rasanya gak karuan, antara tegang, takut, dan ga sabar supaya proses ini cepat selesai. Sesampainya di ruang biopsi, gue diminta untuk tidur tengkurap, dan pinggang sebelah kiri gue dibius. Setelah itu dokter menempelkan alat USG, dan menandai nya dengan spidol (mungkin), kemudian gak berapa lama dokter menembakkan jarum ke pinggang gue,proses itu dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan jaringan ginjal gue. Setelah proses nya selesai, dokter menunjukkan jaringan ginjal gue yang udah dimasukkan ke dalam wadah kecil, bentuknya seperti cacing yang dipakai untuk memberi makan ikan hehe.

Kalau ditanya apa rasanya di biopsi, gue jawab dengan lantang "ga sakit lah, gak berasa apa2 kok, cuma jedut jedut aja kaget waktu ada jarum yang ditembakkan". Tapi kalau ada yang nanya apa rasanya setelah dibiopsi, gue bakal memberikan tatapan mata yang paling sendu, kemudian teriak "whoaaaa amit2 deh, jangan lagi deeeeeh ampuuuun DJ". Jadi setelah proses biopsi nya selesai, gue tidur telentang dengan bantal kecil seukuran 20cm x 20 cm berisi pasir yang mengganjal pinggang gue. Tujuan nya untuk menekan bekas luka agar tidak terjadi pendarahan, dan itu berlangsung selama 8 jam dan gue gak boleh gerak2 untuk menghindari pendarahan. 1 Jam pertama masih cekikikan sama nyokap, 1 jam berikutnya masih bbm-an sama temen2 dan suami gue, 1 jam berikutnya mulai ngantuk tapi susah tidur karena pegel, dan jam2 berikutnya diisi dengan melihat ke arah jam dan menghitung berapa lama lagi bantal kecil nan mengganggu ini boleh dilepas. Di 1 jam terakhir, nyokap gue mulai mijit2 kaki tangan gue yang pegel karena gak diperbolehkan gerak2, mulai garuk2in badan gue yang mulai berasa gatal (mungkin krn faktor pikiran), mulai nyuapin gue dan meyakinkan gue dengan makan maka waktu tidak akan berasa, sampai akhirnya kurang 15 menit lagi gue minta nyokap gue manggil suster, dan suster ngejawab "nanti ya bu, 15 menit lagi". Ya Tuhan, harga cabe aja bisa ditawar, masa ini nawar 15 menit aja ga boleh sih?Tepat 8 jam, dua orang suster masuk ke kamar gue dan melepas bantal tersebut rasanya seperti mengalami orgasme pertama di malam pengantin haha, nikmatnya tiada dua.

SURPRISE PART 2



Jadi gue terkena sindrom nefrotik, apa pulak itu? menurut penjelasan Prof Wiguno, istilah awam nya itu ginjal bocor tapi sebetulnya ginjal nya gak bolong itu cuma istilah untuk menggambarkan bahwa protein nya bocor/ lepas tidak diserap oleh tubuh, hal inilah yang menyebabkan kadar albumin menjadi turun sehingga kolestrol naik dan akhirnya tubuh menjadi bengkak terutama di bagian kaki karena sifat cairan yang selalu mengalir ke tempat lebih rendah.

Lah kok ya bisa gue kena penyakit ini? Prof Wiguno bilang "penyebab penyakit ini ada banyak, tapi tidak bisa diketahui penyebab mana yang akhirnya memicu sindrom nefrotik dalam tubuh gue. Kemudian beliau menjelaskan bahwa penyakit ini bisa diobati, hanya saja penyakit ini juga bersifat kambuhan tapi ada juga yang sampai meninggal nya tidak kambuh lagi." Terus supaya gak kambuh lagi gimana? "yaa kita tidak tahu itu bakalan kambuh lagi/ tidak, dan tidak ada cara pencegahan nya..yaa mudah2an sih gak kambuh lagi". Trus gue penasaran dan bertanya "mematikan gak sih prof?" lalu gue merasakan punggung tangan gue digenggam erat dan di elus-elus sama suami gue, dan dia memasang senyum yang menurut gue senyum paling palsu dan terlalu dipaksakan hehe. Prof bilang "yaaa...yang penting kita obati saja dulu, setelah diobati reaksi nya beda2 ada yang lalu hilang sepenuh nya, ada yng muncul beberapa kali, atau ada yang muncul berulang kali sehingga mengalami gangguan fungsi ginjal atau yang sering disebut sbg gagal ginjal"

DAAAAAANNNNGGGGGG!!!! Rasanya bener2 kaget, terkejut, terhenyak, dan terhempas. Ini bener2 kejutan yang wooooowwww, karena penyakit ini tidak diketahui penyebab nya apa, dan bahkan cara untuk mencegah supaya gak kambuh lagi juga tidak diketahui. Bener2 seperti pencuri yang muncul tiba2, bahkan dalam analogi pencuri pun masih ada cara pencegahan supaya rumah kita ga kemalingan. Ini bener2 surprise, bener2 seperti hadiah yang gak disangka-sangka.

Prof Wiguno kemudian menjelaskan bahwa agar pengobatan nya tepat, sebaiknya dilakukan biopsi ginjal yaitu jaringan ginjal gue akan diambil untuk diteliti lebih lanjut. Wooow gue yang masih bingung dengan penyakit gue, sekarang makin bingung dan panik dengan proses biopsi tersebut. Seperti mengerti kebingungan gue, Prof Wiguno memberikan gue waktu untuk berdiskusi dengan keluarga gue, bahkan beliau juga terbuka jika gue mau berobat ke luar negeri dan dia juga mereferensikan beberapa nama dokter di Singapore. Sebelum gue pulang, beliau meminta gue melakukan pemeriksaan Lupus, rontgen paru, dan pemeriksaan protein urine kualitatif untuk mengetahui berapa banyak protein yang terbuang. Dan oleh beliau gue hanya diberi obat untuk melancarkan air seni dan penurun kolestrol, menurutnya dia baru akan kasih obat untuk mengobati penyakit gue setelah proses biopsi dilakukan agar lebih tepat sasaran.

Sesampainya di rumah, gue mengulang penjelasan yang dokter berikan ke nyokap gue. Sama seperti gue, nyokap gue kaget banget mungkin yang ada di dalam pikiran nya bagaimana mungkin anak semata wayang nya ini terkena penyakit yang baru kali ini ia dengar namanya 'sindrom nefrotik'. Nyokap menyarankan gue untuk berobat di Singapore, tapi mengingat perkataan dokter mengenai waktu proses biopsi yang tidak bisa diprediksi dikarenakan cairan yang ada di dalam tubuh gue harus dibuang terlebih dahulu sehingga memudahkan proses penusukan dan pengambilan jaringan ginjal, rasanya gue malas untuk berobat disana. Karena gue gak mau ninggalin my little angel berlama-lama, dirawat di RS Medistra 2 hari aja udah bikin gue nangis bombay menahan kangen apalagi gue harus ke Singapore berlama-lama.

Malam itu gue sulit tidur, yang ada di otak gue adalah 'woooow', gue bingung harus bereaksi seperti apa. Berkali-kali gue bilang ke suami gue kalau gue ga takut mati, tapi gue takut menderita. Gue berusaha untuk tidak bertanya "kenapa mesti gue", gue meyakinkan diri gue bahwa ini bukan cobaan, ini hanya bagian dari hidup yang harus dijalani. Gue meyakinkan diri bahwa apapun yang terjadi, gue percaya Tuhan Yesus menemani dan menyertai gue. Gue berdoa sambil nangis, gue bilang "Tuhan, hidup gue adalah milik Mu seutuhnya, jadi gue serahkan semuanya kepada Mu. Terserah Engkau mau menyembuhkan gue, atau membiarkan gue menjalani sakit ini, yang jelas gue cuma mau Engkau menyertai gue. Karena gue yakin bersama Mu, gue bisa melewati semuanya dengan baik. Amin"

Besok nya gue bangun dengan keadaan yang lebih mengenaskan, bukan cuma kaki, tapi mata gue pun ikut bengkak. Jadi penderita sindrom nefrotik juga mengalami pembengkakan di daerah kelopak mata dan biasanya terjadi di pagi hari, hal ini dikarenakan ketika tidur maka cairan nya menyebar secara merata dari atas sampai bawah. Nanti lama-kelamaan, cairan itu akan mengumpul ke bawah di bagian kaki, sehingga kelopak mata akan mulai kempes namun kaki akan semakin bengkak. Gue juga mengalami susah buang air kecil, hanya sedikit sekali jumlah air seni yang dikeluarkan.

SURPRISE PART 1

Dari jaman kuliah dulu, gue paling sering dapet surprise dari sahabat-sahabat gue waktu gue ulang tahun. Yang namanya surprise itu selalu berhasil bikin gue ketawa bahkan sampe ngakak. Judul nya sih surprise, tapi entah kenapa gue selalu tahu lebih dulu. Sampe akhirnya sahabat2 gue kapok gak mau ngasih gue surprise lagi hehe. Mungkin karena udah lama gak dikasih surprise sama sahabat2 gue, akhirnya gue beneran dapet surprise yang kali ini bener2 berhasil tanpa gue ketahui sebelumnya. Sayangnya surprise kali ini gak bikin gue ketawa atau bahkan ngakak2. And the story begin......

Sekitar akhir bulan Mei 2011 kaki kiri gue agak bengkak dan rasanya "aneh", saat itu gue berpikir karena terlalu lama duduk karena banyak hal yang harus gue kerjakan di kantor. Akhirnya setelah pulang ke rumah, gue minta pembantu gue untuk mijitin kaki gue dan besok nya kaki gue kempes dan normal kembali. Satu minggu kemudian kaki gue bengkak lagi, kali ini kaki kiri dan kanan. Mengingat pijitan mbak gue yang manjur, akhirnya gue meminta nya untuk mijitin lagi dan besok nya kempes dan kembali normal lagi. Beberapa hari setelah kejadian bengkak yang kedua ini, gue ngrasa gak enak badan, badan gue demam, dan perut rasanya mual, dan sulit tidur. Besok pagi-pagi nya gue pergi ke RS Jakarta, karena masih pagi banget gue disuruh ke UGD untuk nemuin dokter jaga, trus menurut beliau gue terinfeksi virus biasa. Gue dikasih obat demam, dan disuruh pulang ke rumah. Siang nya gue merasa keadaan gue makin memburuk, akhirnya sore gue balik ke RS Jakarta lagi dan kali ini menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah gue terjangkit Demam Berdarah/tidak. Setelah nunggu beberapa saat, hasil lab nya kluar dan hasil nya negatif. Akhirnya gue diminta untuk beristirahat di rumah sambil meneruskan minum obat yang tadi pagi sudah diberikan oleh dokter jaga. Dua hari gue beristirahat di rumah, tidak merasa ada perbaikan akhirnya gue diajak bokap gue ke klinik Trio Sada, di klinik tersebut biasa bokap dan nyokap gue melakukan terapi ozon. Sesampainya disana, gue melakukan pemeriksaan darah lagi dan ternyata gue dinyatakan positif typus. Oleh dokter di klinik tersebut, gue disarankan dirawat jalan saja. Jadi di klinik tersebut gue diinfus tanpa harus diopname. Setelah dua hari dirawat jalan, dan tidak ada perbaikan gue akhirnya nyerah untuk diopname saja. Akhirnya gue dirawat di RS Medistra, dan ditangani oleh seorang internist.

Setelah selesai mengurus administrasi untuk rawat inap di RS Medistra, gue melakukan pemeriksaan laboratorium kembali. Hasil nya diketahui kadar albumin gue sangatlah rendah yaitu 1.4 sementara nilai normal nya 3.0, dan kolestrol gue sangat tinggi yaitu 527, sementara nilai normalnya dibawah 200. Oleh internist tsb, gue disarankan untuk di infus albumin karena jika albumin sangat rendah maka tubuh bisa bengkak-bengkak. Dokter menyarankan agar gue di infus albumin sebanyak 3 botol, yang artinya gue harus stay di RS selama 3 hari karena dalam 1 hari hanya boleh dimasukkan 1 botol albumin saja. Waduh gue mulai panik jika harus dirawat di RS selama 3 hari, gue bisa kepikiran anak gue melulu, kangen dia melulu, dan membawa bayi yang saat itu berusia 5 bulan ke RS bukan ide yang baik. Saat itu nyokap gue lagi holiday trip ke luar negeri, jadi gue gak bisa minta dia untuk nemenin anak gue selama gue di RS. Di rumah anak gue cuma sama baby sitter, pembantu dan suami gue. Tapi kan suami gue mesti kerja, dan saat itu load kerjaan lagi gila2an banget. Makanya gue ngotot ke dokter untuk di infus albumin sebanyak 2 botol saja supaya gue bisa pulang ke rumah secepatnya. Karena gue ngotot akhirnya dokter mengijinkan dan gue diminta untuk menandatangani surat pernyataan bahwa gue keluar dari RS atas kemauan gue sendiri. Saat itu gue berpikir gue harus pulang, ketemu anak gue adalah obat yang pasti akan nyembuhin gue dengan cepat ketimbang gue harus berlama-lama di RS, dan untuk meningkatkan kadar albumin yg sangat rendah gue akan konsumsi putih telor sebanyak-banyak nya, yang jelas gue harus pulang.

Setelah keluar dr RS Medistra, gue mulai merasa enakkan. Nafsu makan mulai ada, udah gak muntah2 lagi, dan gak demam lagi. Namun kaki gue mulai bengkak kembali. Akhirnya nyokap nyuruh gue nelpon temen nya yang seorang dokter, gue menceritakan keadaan gue sama dia. Gue bilang kalau dari hasil lab, albumin gue rendah banget. Kemudian dia nanya, fungsi ginjal dan hati nya dipriksa juga gak? gue jawab dipriksa dan hasil nya baik, tapi kolestrol gue sangat tinggi. Trus temen nyokap langsung menjawab "jangan2 kamu kena Sindrom Neukorotik (yang terdengar di telinga gue saat itu) soalnya tanda2nya udah jelas banget, albumin rendah dan kolestrol tinggi jadi mending kamu priksa ke Prof Wiguno di RS PGI Cikini". Selese nutup telpon, gue langsung pikir haah? apaan? sindrom apaan tadi tik tik apaan, penyakit apa itu? Kemudian gue mencoba googling dengan memasukkan kata kunci yang gue tangkep aja "nekorotik" tapi selalu neurotic yang ketemu, lah itu kan masalah kejiwaan.

Sampai akhirnya gue bertemu dengan Prof Wiguno, beliau memeriksa gue dengan seksama dan menanyai gue dengan berbagai pertanyaan. Lalu gue bilang sama beliau, kalau gue dirujuk kesini sama temen nyokap gue yang menurutnya gue terkena sindrom nekorotik, tik tik gitu deh pokoknya. Kemudian Prof Wiguno menjawab "sindrom nefrotik, jadi benar bahwa ini adalah sindrom nefrotik"

bersambung....

Selasa, 26 Oktober 2010

LELAH

Kalau bisa, saat ini saya ingin sekali tenggelam ke dasar lautan yang paling dalam
Hilang ditelan bumi
Hanyut terbawa arus sungai yang deras
atau bahkan diculik oleh makhluk luar angkasa

Kalau bisa, saat ini saya ingin berhenti melakukan segalanya
Berhenti menjadi saya
Berhenti mengeluarkan air mata
Berhenti mengelus dada

Kalau bisa, saat ini saya ingin tidak merasakan apa-apa
Tidak merasakan kebahagiaan
Tidak merasakan kesedihan
Tidak merasakan kebingungan

Saya lelah menghadapi segalanya
Saya lelah melakukan ini-itu
Saya lelah menebak-nebak
Saya lelah menjalani hidup

Lelah...

Lelah...

Lelah...

Tulang punggung seolah tidak kuat lagi menopang tubuh
Air mata seperti tidak bisa mengalir lagi
Hati serasa mati rasa

Saya hanya ingin berhenti, karena saya lelah...

Rabu, 13 Oktober 2010

Duka GKI Tegal

Malam ini,ketika saya melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta saya menerima kabar via telepon dari ayah saya yang mengatakan bahwa GKI Tegal terbakar. Wooow saya kaget bukan main, ada perasaan sedih mengingat semua kenangan saya yang ada di sana. Mulai dari saya dibaptis, mengikuti ibadah dan berbagai kegiatan, flirting sama cowo, bercanda sama temen-temen, sampai pemberkatan pernikahan saya juga dilakukan disana. Dan sekarang bangunan itu habis terbakar tanpa sisa.

Sepanjang perjalanan tersebut saya terus memikirkan hal tersebut, apalagi setelah saya melihat foto-foto bangunan yang terbakar menyebar melalui bbm maupun facebook. Bangunan yang begitu kokoh, saat ini seolah tak berdaya melawan api yang berkobar dengan dasyat.

Namun saya tersadarkan akan sesuatu bahwa yang terbakar itu bangunan gereja, yang terbakar sampai ludes itu susunan batu bata, semen dan pasir. Semuanya itu bisa terbakar, semuanya itu bisa hilang tanpa sisa. Api itu hanya membakar bangunan fisik gereja, api itu hanya melenyapkan gedung, tapi api itu TIDAK MEMBAKAR iman kita sebagai orang Kristen.

Saat ini jemaat GKI Tegal pasti bersedih atas kejadian tersebut, tapi kita semua gak boleh terus-menerus terpuruk dalam kesedihan. Karena kita harus ingat bahwa api itu hanya menghabisi bangunan gereja, bukan iman kita sebagai seorang Kristiani. Iman yang meyakini bahwa akan tiba waktunya bagi kita untuk melihat pelangi kasih-Nya.